Ulat Crosi (Crocidolomia binotalis Zeller) adalah salah satu hama penting bagi beberapa komoditas hortikultura di Indonesia. Jika tidak dikontrol dengan baik, serangan ulat crosi terutama di musim kemarau, dapat menyebabkan kerusakan hingga 100% pada tanaman yang dibudidayakan.
Ulat crosi diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Lepidoptera, Famili Pyralidae, Genus Crocidolomia dan Spesies Crocidolomia binotalis Zell.
Telur ulat crosi berwarna hijau terang dan biasanya terletak di sisi bawah daun tanaman yang diserang. Sebelum menetas, warna telur crosi berubah dari oranye menjadi kuning-kecoklatan, dan akhirnya menjadi coklat tua. Telur diletakkan oleh ngengat secara berkelompok dan berlapis (2 sampai 3 lapis) dengan rata-rata jumlah telur sebanyak 120 butir tiap kelompok dan akan menetas setelah 3-6 hari.
Larva yang baru menetas berwarna hitam kehijauan dan menyukai tempat yang agak gelap. Larva dewasa umumnya berukuran 15 sampai 21 mm dan memiliki corak berupa tiga garis putih membujur di bagian punggungnya. Lama stadium larva antara 11-17 hari. Larva membentuk pupa di permukaan tanah. Pupa berwarna coklat kekuningan dan kemudian menjadi coklat gelap. Ukuran pupa umumnya sekitar 3 sampai 10 mm dan akan menetas setelah berumur 9-13 hari.
Kerusakan yang disebabkan oleh ulat krosi pada tanaman dapat menjadi masalah serius karena ulat tersebut lebih suka memakan daun muda dan titik tumbuh hingga habis. Larva muda bergerombol di permukaan bawah daun tanaman dan meninggalkan bercak putih pada daun yang diserang. Larva instar ke tiga sampai ke lima memencar dan menyerang pucuk tanaman sehingga menrusak titik tumbuh. Akibatnya tanaman akan mati atau minimal batang tanaman akan membentuk cabang. Larva menyerang secara berkelompok dan dapat menghabiskan seluruh daun dan hanya meninggalkan tulang daun saja. Larva juga memakan batang kubis dengan cara membuat lubang sehingga terjadi pembusukan dan kubis tidak dapat dipanen sama sekali.
Cara mengendalikan ulat crosi pada tanaman budidaya hampir sama dengan pengendalian ulatgrayak, antara lain adalah :
- Pengendalian fisik dan mekanik dengan mengambil kelompok telur, membunuh larva dan imago atau mencabut tanaman inang yan terserang ulat crosi.
- Pengelolaan tanaman secara kultur teknis dengan cara menanaman varietas tahan hama, penggunaan benih sehat, pergiliran tanaman, dan melakkan sanitasi lahan.
- Pemanfaatan musuh alami hama (parasitoid, predator, dan patogen) hama sebagai pengendali ulatgrayak.
0 komentar:
Posting Komentar