Quintel Blogger theme

A free Premium Blogger theme.

Kami Siap Melayani Pemesanan Segala Jenis Pupuk Yang berkualitas Dan Berkadar Non Subsidi ke seluruh wilayah di indonesia, Untuk info lebih Lanjut Bisa hub. Alamat Di bawah ini:

Nama : Bpk. Indra
Alamat : Sidayu Gresik
No. Telp : 082391699911
e-mail : indralow1@gmail.com
Tampilkan postingan dengan label Cokelat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cokelat. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Juli 2013

Pemangkasan Tanaman Kakao

Pada tanaman kakao, pemangkasan penting dilakukan untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tetap sesuai dengan tujuan budidaya. Pemangkasan kakao dilakukan selain untuk mengkondisikan kebun agar tidak terlalu lembab, juga ditujukan agar produktivitas tanaman kakao menjadi tinggi dan menguntungkan usaha budidaya kakao.

Dalam teknisnya, pemangkasan tanaman kakao terbagi ke dalam beberapa jenis yaitu, pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi.

Pemangkasan Tanaman Kakao

Pemangkasan bentuk

Pemangkasan bentuk dilakukan dengan tujuan agar bentuk tumbuh tanaman sesuai dengan konsep budidaya pertanian dan memudahkan dalam kegiatan-kegiatan usaha budidaya. Pemangkasan bentuk dilakukan pada 2 fase tanaman, yakni ketika tanaman masih muda dan ketika tanaman berada pada fase remaja.

Pemangkasan bentuk pada tanaman muda dilakukan pada saat tanaman kakao berumur antara 8 sd 12 bulan. Pemangkasan dilakukan dengan membentuk percabangan (jourquette) pada ketinggian 1 sd 1,5 meter di atas permukaan tanah. Percabangan pada jourquette diusahakan agar hanya memiliki 3 sd 4 cabang yang letaknya simetris. Tunas-tunas air yang tumbuh antara ketinggian 1 sd 1,5 meter tersebut harus dibuang agar tidak menjadi cabang baru dan akan merusak bentuk tanaman kakao yang ditanam. Cabang-cabang primer yang tumbuh terlalu panjang harus dipotong agar tidak saling bertumpang tindih dengan cabang-cabang primer dari tanaman di sekitarnya.

Pemangkasan bentuk pada tanaman remaja dilakukan pada saat tanaman kakao berumur antara 18 sd 24 bulan. Pemangkasan ini dilakukan dengan membuang semua cabang sekunder (cabang yang tumbuh pada cabang primer) yang tumbuh pada jarak 30 sd 60 cm dari jorquette. Pemangkasan juga dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh ke bawah dan mengusahakan penyebaran daun agar supaya mendapat penyinaran yang merata.

Pemangkasan pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan agar pertumbuhan tanaman kakao tetap otimal dan . pemangkasan ini dilakukan dengan membuang tunas air yang tumbuh di sekitar percabangan, membuang cabang-cabang yang kering, cabang yang menggantung, saling melintang, dan bertumpang tindih.

Pemangkasan produksi
Pemangkasan produksi dilakukan dengan tujuan agar tanaman kakao dapat berproduksi secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Pemangkasan produksi dilakukan dengan meminimalisasi kelebatan daun melalui pembuangan daun-daun tanaman yang terlindung dari sinar matahari. Dengan pembuangan daun-daun tersebut, fotosintat yang dihasilkan dari metabolisme tanaman akan difungsikan seutuhnya untuk pembentukan buah dan bunga.

Jumat, 28 Juni 2013

Penggerek Batang Tanaman Kakao (Zeuzera coffear)

Penggerek batang kakao (Zeuzera coffeae) adalah salah satu hama penting bagi tanaman kakao yang dapat merusak kualitas maupun kuantitas produksi tanaman. Penggerek batang kakao merupakan serangga dari family cossidae dan ordo lepidoptera. Fase penyerangan hama ini sebetulnya terjadi saat serangga masih berada dalam fase ulat.

Ulat zeuzera dapat menggerek cabang bahkan batang pokok tanaman sehingga menyebabkan tanaman mudah patah atau pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Jika ulat zeuzera sudah keluar pertumbuhan batang yang digerek biasanya kembaku normal. Namun pada serangan yang lebih berat, serangan hama ini dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman. Serangan hama ulat penggerek batang dapat diidentifikasi melalui adanya liang gerekan pada batang disertai dengan adanya kotoran berbentuk silindrik dan berwarna merah kehitam-hitaman yang keluar dari liang gerekan.


Penggerek Batang Tanaman Kakao (Zeuzera coffear)

Siklus Hidup

Imago serangga zeuzera yang aktif pada malam hari (nokturnal) ini bertelur selama 6 sd 8 kali sehari, sedangkan periode bertelurnya berlangsung 5 sd 6 hari. Imago betina dapat memproduksi telur sebanyak 500 sd 1.000 butir selama masa hidupnya. Telur biasanya diletakan di celah kulit-kulit pohon yang membuka. Telur zeuzera dapat diidentifikasi dari dimensinya yakni panjang 1 mm, lebar 0,5 mm, dan berwarna kuning kemerah-merahan.

Telur biasanya menetas menjadi ulat penggerek batang setelah10 sd 11 hari setelah diletakan. Ulat berwarna merah cerah dengan panjang 3 sd 5 mm. Ulat tersebut dapat menggerek cabang bahkan batang tanaman dan menyebabkan cabang atau batang yang terserang menjadi kopong dan menyisakan sedikit lapisan xilem dan floemnya saja. Ulat tersebut sering berpindah dari satu lubang gerekan ke bagian cabang atau batang lainnya untuk membuat gerekan baru. Liang gerekan dibuat umumnya sedalam 40 sd 50 cm dengan diameter liang sekitar 1 sd 1,2 cm.  Tiap liang gerekan umumnya ditinggali oleh satu ekor ulat saja.

Ulat bermetamorfosis menjadi kepompong umumnya pada usia 81 sd 151 hari setelah ditetaskan. Ulat berkepompong di dalam kamar kepompong yang panjangnya 7 sd 12 cm yang dibuat dalam liang gerekan. Liang gerekan ketim ulat tengah berada pada fase kepompong umumnya ditutup bagian atas dan bawahnya menggunakan kotoran atau sisa gerekan.

Kepompong menjadi ngengat (imago) setelah 21 sd 30 hari setelah dimulainya fase kepompong. Untuk menjadi ngengat jantan, lama stadium kepompong memerlukan waktu 27 sd 30 hari, sedangkan untuk menjadi ngengat betika memerlukan waktu 21 sd 23 hari. Imago keluar dari liang gerekan dan kamar kepompong dengan meninggalkan kulit kepompong pada liang gerekan. Imago ini kemudian meneruskan siklus hidupnya dengan meletakan telurnya pada tanaman kakao lainnya. Hama ini juga dapat menginang pada beberapa tanaman selain kakao, seperti bungur, jati, mahoni, randu, jambu biji, kopi, dan kina.

Pengendalian
Pengendalian penggerek batang kakao dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari cara kultur teknis, pengendalian secara hayati, hingga cara-cara kimiawi menggunakan insektisida.

1. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian dengan cara kultur teknis dapat dilakukan dengan sanitasi dan pemusnahan cabang atau batang tanaman yang terserang agar siklus hidup hama ini dapat terhenti. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan penyemprotan larutan garam pada liang gerekan menggunakan handshack agar ulat penggerek dapat keluar untuk kemudian dimusnahkan.

2. Pengendalian hayati
Pengendalian secara hayati dilakukan dengan mengaplikasikan musuh alami ulat penggerek batang. Musuh alami tersebut salah satunya adalah jamur Beauveria bassiana yang bersifat patogenesis. Efektivitas jamur ini dalam mengendalikan serangan ulat penggerek batang diketahui dapat mencapai 100%. Untuk mengendalikan ulat zeuzera pada kebun seluas 1 hektar hanya dibutuhkan 60 gram jamur Beauveria bassiana. Jamur tersebut di kemudian dilarutkan pada 1 liter larutan air deterjen untuk selanjutnya disaring dengan kain dan dilarutkan kembali dalam 4 liter air bersih. Larutan inilah yang lalu disemprotkan ke liang-liang gerekan . ulat zeuzera dapat mati pada 4 sd 5 hari setelah terinfeksi.

Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan menginokulasi musuh alami yang bersifat predator seperti Amyosoma zeuzera, Eucarcella kockiana, dan Sturnia chatterjaena.

3. Pengendalian kimiawi
Pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan menyumbat liang gerekan menggunakan kapas yang sudah dicelupkan dalam larutan insektisida atau dengan langsung menyuntik liang gerekan menggunakan insektisida tersebut.

Kamis, 27 Juni 2013

Penghisap Buah Kakao (Helopeltis sp.)

Penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) adalah hama penting bagi usaha budidaya tanaman kakao yang dapat menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian tanaman seperti buah, daun muda, hingga kuncup buah. Hama yang termasuk ke dalam family miridae dan ordo hemiptera ini menyerang dengan cara menghisap bagian-bagian tanaman tadi menggunakan mulutnya. Bekas hisapan pada bagian tanaman tersebut biasanya akan meninggalkan bekas berupa bercak-bercak hitam. Bercak tersebut timbul akibat cairan ludah yang dikeluarkan serangga ini ketika akan menghisap. Serangga penghisap buah ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar jika terjadi infeksi atau menjadi vektor beberapa jamur penyebab penyakit tanaman seperti jamur Fusarium solani, Aspergilus sp., Glomella cingulata, Botryodiploida theobromae, dan Penicillium janthinellum.

Penghisap Buah Kakao (Helopeltis sp.)

Siklus hidup
Penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) tersebar di beberapa negara penghasil kakao seperti Malaysia, Indonesia, Afrika Barat, Afrika Timur, Papua New Guinea, dan Amerika Selatan. Hingga saat ini Helopeltis sp. diketahui terdiri dari 13 spesies yang 2 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Ke dua spesies tersebut adalah H. antonii Sign. dan H. theivora Watt.

Imago helopeltis sp dapat diidentifikasi dari beberapa penampilan fisiknya yang antara lain terdapatnya jarum penusuk pada mesoskutelumnya, berwarna coklat kehitam-hitaman pada serangga jantan, berwarna coklat kemerah-merahan pada serangga betina, tungkai berwarna coklat kelabu, punggung berwarna hijau kelabu, dan panjang tubuhnya 6,5 sd 7,5 mm. Serangga yang tumbuh optimal pada ketinggian 200 sd 1.400 meter di atas permukaan laut ini, dapat hidup sampai 50 hari.

Imago betina dapat bertelur sebanyak 235 butir selama 34 hari. Telur tersebut biasanya diletakan di permukaan buah muda. Telur berbentuk lonjong berwarna putih dengan panjang sekitar 1 mm.

Telur menetas dan menjadi nimfa setelah 6 sd 8 hari setelah diletakan. Nimfa yang keluar berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa tersebut akan dewasa setelah mengalami 4 kali ganti kulit dan jaru akan mulai nampak ketika ganti kulit pertama pada nimfa. Periode nimfa biasanya berlangsung selama 12 sd 14 hari sebelum kemudian berubah menjadi serangga dewasa (imago).

Populasi dan serangan hama penghisap buah kakao umumnya meningkat saat musim hujan karena pada musim hujan intensitas penyinaran matahari semakin kecil, kelembaban udara semakin tinggi, dan kecepatan angin semakin rendah. Kondisi seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini.

Pengendalian
Helopeltis dapat dikendalikan dengan berbagai cara seperti pengendalian hayati, pengendalian kultur teknis, dan pengendalian kimiawi.

1. Pengendalian kultur teknis
Pengendalian kultur teknis merupakan pengendalian yang paling efektif dalam menurunkan intensitas serangan hama penghisap buah kakao. Pengendalian dengan cara ini dilakukan dengan menerapkan panen sering untuk memutus siklus hidupnya pada stadia telur, pemupukan berimbang untuk meningkatkan sestem kekebalan tanaman, kondomisasi buah kecil menggunakan plastik, dan pemangkasan teratur untuk membuar agar kondisi kebun tidak disukai oleh hama ini.

2.  Pengendalian hayati
Pengendalian hayati dapat dilakukan dengan melepaskan beberapa musuh alami helopeltis seperti belalang sembah, kepik predator, laba-laba, dan semut hitam. Pelepasan semut hitam merupakan teknik pengendalian hayati yang paling sering digunakan hingga saat ini. Untuk membuat semut hitam dapat hidup dengan optimal dikebun perlu dilakukan beberapa cara seperti inokulasi kutu putih dan pembuatan sarang dari seresah daun pada pecabangan tanaman (jorquete).

3. Pengendalian kimia
Pengendalian kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida seperti Baytroid 50 EC, Sumithion 50 EC, Lannate 50 EC, Orthene 75 EC, dan Leboycid 550 EC.

Senin, 17 Juni 2013

Rehabilitasi Tanaman Kakao dengan Sambung Samping

Teknik sambung samping (side grafting) adalah suatu teknik perbaikan kualitas tanaman kakao tanpa melakukan replanting, yakni dengan menyambungkan batang entres dari kakao yang bersifat baik ke permukaan samping batang utama dari tanaman yang akan direhabilitasi. Dengan teknik rehabilitasi side grafting, biaya dan tenaga yang akan dikeluarkan akan jauh lebih murah dibandingkan bila melakukan replanting. Waktu yang diperlukan untuk menunggu masa panen kakao juga akan semakin lebih pendek dan lebih efisien.


Pada sambung samping, entres yang digunakan adalah cabang orthotrof (cabang yang tumbuh ke atas) maupun cabang plagiotrof (cabang yang tumbuh ke samping) dari tanaman yang memiliki produksi buah yang baik. Entres yang diambil dari cabang tersebut dianjurkan terletak antara bagian yang berwarna coklat dan hijau. Entres diambil sepanjang ± 15 cm memiliki 2-4 duduk daun. Bagian atas duduk daun inilah yang merupakan tempat tumbuh tunas yang akan menjadi batang-batang baru pada tanaman hasil sambung samping. Bagian bawah mata tunas harus dapat disayat serong seperti tombak sepanjang 3,0-4,5 cm dan ujung lainnya dipotong serong sepanjang 2-3 cm bersebelahan dengan potongan bagian bawah kayu mata tunas.

Batang bawah yang digunakan dapat berupa batang utama dan tunas air (chupon) yang telah dipelihara ± 3 bulan dengan diameter 1-2 cm. Jendela okulasi terletak 45-75 cm dari permukaan tanah. Jendela okulasi dapat dibuat berbagai bentuk. Bentuk jendela okulasi yang selama ini dikenal ialah bentuk segitiga, bentuk T (system mika), dan bentuk konvensional. Berdasarkan uji coba yang telah penulis sendiri lakukan, bentuk T (system mika) memberikan persentase kehidupan yang lebih tinggi.

Cara membuat jendela okulasi bentuk segitiga
  1. Buat 2 torehan mengarah ke bawah lebih kurang 7-10 cm menyerupai segitiga sama kaki.
  2. Torehan tersebut dibuat hingga ke kayu atau kambium batang pohon.
  3. Tapak sambungan yang baik akan  menunjukkan warna keputihan apabila tapak torehan dibuka.
  4. Sementara  menunggu entres disiapkan, kulit torehan harus ditutup kembali untuk menghindari infeksi patogen.
  5. Usahakan 2 sambungan bersebelahan dalam 1 pohon. Jarak antara sambungan pertama dan kedua diantara 45-75 cm.

Cara membuat jendela okulasi bentuk konvensional

  1. Buat 2 garis torehan sejajar mengarah ke bawah lebih kurang 7-10 cm dengan jarak 2-3 cm. Torehan dibuat hingga ke kayu atau kambium batang pohon.
  2. Dua garis torehan tadi dihubungkan dengan sebuah torehan horizontal.
  3. Torehan-torehan tersebut kemudian dibuka.

Cara membuat jendela okulasi bentuk T (system mika)
  1. Buat 2 garis torehan berbentuk huruf T pada batang utama.
  2. Lebar torehan horizontal ± 3-4 cm, sedangkan lebar torehan vertical ± 8-10 cm.
  3. Torehan bentuk T siap untuk disambung dengan entres.

Penyambungan
  1. Kayu mata tunas yang telah siap, dimasukkan secara perlahan ke  dalam tapak sambungan dengan membuka lidah torehan supaya bagian potongan tidak rusak.
  2. Bagian sayatan serong yang panjang dari kayu mata tunas dilengketkan kearah kayu tapak sambungan dan bagian sayatan serong pendek membelakangi kulit pohon. Setelah kayu mata tunas dimasukkan kedalam, tapak sambungan dibungkus dengan plastik sehingga menutup kayu mata tunas dan tapak sambungan, lalu diikat kuat dan dipastikan air hujan tidak akan masuk.

Perlakuan pasca sambung samping

  1. Plastik perlu dibuka setelah 7 hari setelah penyambungan dilakukan. Ikatan dan tali bagian bawah dibiarkan supaya bagian sambungan akan melekat kuat.
  2. Potong pucuk jika sambungan sudah berumur 3 bulan pada ketinggian 45 cm dari tempat penyambungan dan tinggalkan 3 sampai 5 cm mata tunas untuk membentuk dahan-dahan utama.
  3. Pemupukan boleh dilakukan setelah daun pohon sambungan telah berwarna hijau (sekitar 1-2 bulan setelah penyambungan).
  4. Pohon utama perlu dipotong umur 9 bulan setelah penyambungan dengan posisi 60-90 cm dari tapak sambungan. Potongan batang utama harus  serong.Selanjutnya, lapisi bagian potongan dengan obat luka pohon yang mengandung tar.
  5. Pemangkasan dilakukan 1-3 bulan tergantung keperluan. Pemangkasan pembentukan dilakukan 1-2 kali/tahun setelah musim buah. Tinggi pohon tetap dipertahankan pada ukuran 3-4 m.